Thursday 5 October 2017

TUMBUH BESAR TANPA IBU KANDUNG



Inilah kisah nyata dari seorang anak yang tumbuh besar tanpa kelembutan dan kehangatan dari seorang ibu kandungnya

Tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ibu memang sangat menyedihkan  bagi sebagian orang, begitupun dengan apa yang saya rasakan saat ini. Dari umur 1 tahun saya terpisah dengan ibu kandung saya, dan saya rasa saya tidak akan pernah berjumpa dengannya lagi. Hal ini membuat saya   tidak terima dengan hidup saya, mungkin anda akan berpikir bahwa saya adalah orang yang tidak mensyukuri hidup saya karena saya mengungkit apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk saya. Tapi, sebaliknya saya akan men “share” apa yang selama ini saya rasakan.
“Ketika masalah datang, maka keluarga adalah pendukung pertama anda” . Kata-kata ini memang tepat tapi bagaimana keluarga yang harusnya jadi pendukung pertama anda terlebih khususnya adalah seorang ibu tidak ada disamping anda?. Memang sulit rasanya sampai-sampai saya tidak bisa menemukan kata yang pas untuk menggambarkan apa yang saya rasakan. Yah memang betul, saya tidak bisa menggambarkannya karena saya belum merasakan betul bagaimana kasih sayang seorang ibu. Bagi saya ibu adalah sebuah mitos, ibu itu tidak nyata, ibu itu orang yang tidak bertanggung jawab(setragis itukah?), mungkin seperti itu yang saya pikirkan dulu sebelum kejadian tersebut. Kejadian dimana semua fakta tentang keluarga saya terungkap. Tumbuh besar tanpa bimbingan dari seorang ibu menjadikan saya pribadi yang bisa dikatakan cukup liar. Awalnya saya adalah seorang anak yang polos (semua anak juga polos kali). Saya pernah mengikuti “jamaah tabligh” sewaktu saya smp dulu. Saya mendapatkan banyak pelajaran tentang agama dan juga pengalaman yang menarik disana. Namun ketika saya masuk ke kelas 1 sma semua menjadi kacau, masalah datang silih berganti. Tidak ada tempat untuk saya mencurahkan isi hati saya, dari sini saya berpikir bahwa tidak ada yang peduli dengan saya apalagi ibu saya karena, disaat-saat seperti inilah seorang anak butuh bimbingan, arahan, dukungan, dan nasihat dari seorang ibu, tapi tidak dengan saya. Kesal, marah, gundah, sedih, galau, iri, berkecamuk di dalam dada. Saya pun melampiaskan perasaan-perasaan tadi ke hal-hal negatif. Namun saya tau bahwa yang saya lakukan adalah salah dan saya pun menyadari ini adalah ujian maka saya yakin pasti ada jalan keluarnya. Sadar bahwa Allah tidak akan membiarkan saya yang masih dini memikul beban yang terlalu berat untuk dipikul sendiri. Perlahan-lahan Allah menjawab doa saya.
Doa pertama yang Allah kabulkan yaitu sahabat, mereka adalah tempat untuk berbagi suka maupun duka, mereka adalah alasan saya untuk tetap melanjutkan hidup dan mensyukuri apa yang telah terjadi, dan merekalah orang yang berpengaruh dalam hidup saya. Bagi saya mereka adalah keluarga, karena berada diantara mereka saya merasa ada sosok ibu yang sangat saya dambakan disana. Sosok yang sangat saya rindukan selama ini. Sedikit pembahasan tentang mereka yaitu dimana saya bertemu dengan mereka berawal dari sebuah organisasi bernama “Rohis” disinilah saya pertama kali dikumpulkan bersama mereka. Ada satu momen yang sangat berharga menurut saya yaitu dimana ketika kita menjadi panitia peskil(pesantren kilat), disitu diuji mental kita melalui rintangan dan cobaan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Momen dimana kita menjadi solid, suka dan duka dalam menjadi kepanitiaan dan juga momen hijrahnya para sahabat-sahabat saya. Sungguh kenangan yang tidak dapat dilupakan.
Dan akhirnya Allah mengabulkan doa saya yang paling utama yaitu, mempertemukan saya dengan ibu kandung saya. Tepatnya pada hari rabu, tanggal 01-01-2014 pukul 07:30 Allah pertemukan kembali anak dan ibu yang telah terpisah 16 tahun lamanya. Hal yang pertama kali saya lakukan ketika melihat beliau adalah memeluknya dengan erat. Saat yang sangat mengharukan sekaligus bahagia bagi saya. Namun juga ada hal yang lucu dari pertemuan ini, ketika saya pertama kali melihat wajah ibu rasa tak percaya dan bingung muncul karena saya belum pernah melihat dia sebelumnya. Tetapi ketika dia berbicara tentang masa lalu disitulah saya  mengerti tentang keluarga saya dan alasan beliau bertindak demikian. Timbul pemikiran dibenak saya bahwa ini memang sudah digariskan oleh Allah sejak saya dilahirkan bahkan sebelum semuanya ada.
Itulah tadi cerita dari seorang anak yang tumbuh besar tanpa merasakan kelembutan dan kehangatan dari seorang ibu kandungnya, semoga cerpen diatas bisa bermanfaat bagi orang yang membacanya. TERIMAKASIH


PENULIS__KHAIRUL HARYANTO

No comments:

Post a Comment

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...