Inilah
kisah nyata dari seorang anak yang tumbuh besar tanpa kelembutan dan kehangatan
dari seorang ibu kandungnya
Tumbuh
besar tanpa kasih sayang seorang ibu memang sangat menyedihkan bagi sebagian orang, begitupun dengan apa yang
saya rasakan saat ini. Dari umur 1 tahun saya terpisah dengan ibu kandung saya,
dan saya rasa saya tidak akan pernah berjumpa dengannya lagi. Hal ini membuat
saya tidak terima dengan hidup saya, mungkin
anda akan berpikir bahwa saya adalah orang yang tidak mensyukuri hidup saya
karena saya mengungkit apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk saya. Tapi,
sebaliknya saya akan men “share” apa yang selama ini saya rasakan.
“Ketika
masalah datang, maka keluarga adalah pendukung pertama anda” . Kata-kata ini
memang tepat tapi bagaimana keluarga yang harusnya jadi pendukung pertama anda
terlebih khususnya adalah seorang ibu tidak ada disamping anda?. Memang sulit
rasanya sampai-sampai saya tidak bisa menemukan kata yang pas untuk
menggambarkan apa yang saya rasakan. Yah memang betul, saya tidak bisa
menggambarkannya karena saya belum merasakan betul bagaimana kasih sayang
seorang ibu. Bagi saya ibu adalah sebuah mitos, ibu itu tidak nyata, ibu itu
orang yang tidak bertanggung jawab(setragis itukah?), mungkin seperti itu yang saya
pikirkan dulu sebelum kejadian tersebut. Kejadian dimana semua fakta tentang
keluarga saya terungkap. Tumbuh besar tanpa bimbingan dari seorang ibu menjadikan
saya pribadi yang bisa dikatakan cukup liar. Awalnya saya adalah seorang anak
yang polos (semua anak juga polos kali). Saya pernah mengikuti “jamaah tabligh”
sewaktu saya smp dulu. Saya mendapatkan banyak pelajaran tentang agama dan juga
pengalaman yang menarik disana. Namun ketika saya masuk ke kelas 1 sma semua
menjadi kacau, masalah datang silih berganti. Tidak ada tempat untuk saya
mencurahkan isi hati saya, dari sini saya berpikir bahwa tidak ada yang peduli
dengan saya apalagi ibu saya karena, disaat-saat seperti inilah seorang anak
butuh bimbingan, arahan, dukungan, dan nasihat dari seorang ibu, tapi tidak
dengan saya. Kesal, marah, gundah, sedih, galau, iri, berkecamuk di dalam dada.
Saya pun melampiaskan perasaan-perasaan tadi ke hal-hal negatif. Namun saya tau
bahwa yang saya lakukan adalah salah dan saya pun menyadari ini adalah ujian maka
saya yakin pasti ada jalan keluarnya. Sadar bahwa Allah tidak akan membiarkan
saya yang masih dini memikul beban yang terlalu berat untuk dipikul sendiri.
Perlahan-lahan Allah menjawab doa saya.
Doa
pertama yang Allah kabulkan yaitu sahabat, mereka adalah tempat untuk berbagi
suka maupun duka, mereka adalah alasan saya untuk tetap melanjutkan hidup dan
mensyukuri apa yang telah terjadi, dan merekalah orang yang berpengaruh dalam
hidup saya. Bagi saya mereka adalah keluarga, karena berada diantara mereka
saya merasa ada sosok ibu yang sangat saya dambakan disana. Sosok yang sangat
saya rindukan selama ini. Sedikit pembahasan tentang mereka yaitu dimana saya
bertemu dengan mereka berawal dari sebuah organisasi bernama “Rohis” disinilah
saya pertama kali dikumpulkan bersama mereka. Ada satu momen yang sangat
berharga menurut saya yaitu dimana ketika kita menjadi panitia peskil(pesantren
kilat), disitu diuji mental kita melalui rintangan dan cobaan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Momen dimana kita menjadi solid, suka dan duka
dalam menjadi kepanitiaan dan juga momen hijrahnya para sahabat-sahabat saya.
Sungguh kenangan yang tidak dapat dilupakan.
Dan
akhirnya Allah mengabulkan doa saya yang paling utama yaitu, mempertemukan saya
dengan ibu kandung saya. Tepatnya pada hari rabu, tanggal 01-01-2014 pukul
07:30 Allah pertemukan kembali anak dan ibu yang telah terpisah 16 tahun
lamanya. Hal yang pertama kali saya lakukan ketika melihat beliau adalah
memeluknya dengan erat. Saat yang sangat mengharukan sekaligus bahagia bagi
saya. Namun juga ada hal yang lucu dari pertemuan ini, ketika saya pertama kali
melihat wajah ibu rasa tak percaya dan bingung muncul karena saya belum pernah
melihat dia sebelumnya. Tetapi ketika dia berbicara tentang masa lalu disitulah
saya mengerti tentang keluarga saya dan
alasan beliau bertindak demikian. Timbul pemikiran dibenak saya bahwa ini
memang sudah digariskan oleh Allah sejak saya dilahirkan bahkan sebelum
semuanya ada.
Itulah
tadi cerita dari seorang anak yang tumbuh besar tanpa merasakan kelembutan dan
kehangatan dari seorang ibu kandungnya, semoga cerpen diatas bisa bermanfaat
bagi orang yang membacanya. TERIMAKASIH
PENULIS__KHAIRUL
HARYANTO
No comments:
Post a Comment