Thursday 5 October 2017

KEBENARAN DI BALIK TOPENG


KEBENARAN DI BALIK TOPENG

Dari tak terduga menjadi hal yang nyata, diingat juga percuma berakhir dengan cerita yang tak bisa dicerna dengan akal sehat dan fakta, karena iya kejujuran terasa berat baginya untuk mengungkapkan kebenaran bukan dengan kata Hijrah.
Dia seorang wanita yang pernah singgah di sebuah cerita yang singkat (2014-2017), dan kata-kata janji menjadi bualan omong kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa. Iya dia sosok wanita yang awalnya ku kenal bisa di perjuangkan karena dari latar belakang keluarga yang terpandang secara formal keluarga yang baik-baik.
Bermula dari kepercayaan dan kebebasan yang ku berikan agar bagaimana Dia bisa mengapresiasikan yang mana menurut dia salah dan benar, walaupun kebenaran hanya milik Sang Illahi. Yang ku kenal sudah bukan dia tetapi dengan karakter berbeda rupa yang sama dan prilaku yang tak semua pada umumnya wanita berhijab.
bertopengkah ? salahkah ? timbul pertanyaan pertanyaan yang tak pernah terpikirkan semula menjadi Bumerang hati yang terlukai, ketidak pekaan dari ku ialah sudah tidak mengerti dia yang sekarang tidak lagi dia Boggo yang dulu Lugu, Terbuka, Sopan dan Tidak Keras Kepala.
Tapi satu hal yang ku ingat ialah keluh kesah darinya yang dulu pernah dilontarkan dari Bibir Mungil dengan Tatapan Marah Penuh Kebincian karena Sakit Hati dan pasrah akan kenyataan yang dihadapi dalam keluarganya selaku anak yang tertua dari 4 bersaudara yang memikul beban nantinya, yaitu ketidak sukaan pada ayahnya dengan sikap ceroboh dan egois yang tega menduakan ibunya demi wanita yang sangat dibencinya dan berkata “kak saya tidak tahan dengan keadaan sekarang, etta teganya berpaling tanpa rasa tanggung jawab dan bersalah serta egois dalam keputusannya sendiri membangun hubungan RT baru, kasihan ummi serta adik-adik, sya tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang kak, saya binci atas sikap tidak bertanggung jawab dan egoisnya etta yang memilih orang ketiga tersebut, sya mau berhenti kuliah saja kak, kasihan ummi, saya mau pulang kak”. Dengan tatapan senyum ku memandang dirinya yang ku sayangi dengan penuh rasa marah dan sangat peduli padanya, dan berkata “yang sabar boggo tidak ada ujian dari Allah yang melampui batas umatnya, ambil saja hikmahnya nantinya de juga pahami, biarkan saja dan jangan tambah buat beban pada mama, kasihan mama yg sudah berjuang untuk keberhasilan kalian de’ apalagikan boggo anak yg tertua, kalo hari ini boggo putuskan kuliah dengan keadaan terpaksa lagi emosi itu bukan cara jalan keluar yg bisa menyelesaikan problem keluarga, jalani saja apa yg sudah di awali dengan suar lelah mama, nantinya kedepan dengan boggo punya titel yang pantas kak yakin akan dapat kerja yang layak untuk mama dan adik-adik disana, harapan semua ada pa boggo, kak janji selalu sama-sama hadapi dan cari solusi bersama”. Dengan tatapan penuh marah dan berlilitan air mata dia berkata “TERIMA KASIH KAK”
Seiring berjalannya waktu semua kita lalui bersama dan pada akhirnya ku diterima di sebuah perusahaan BUMN dan ditepatkan di sebuah daerah yang tidak sedaratan dengannya dan disitulah keraguan mulai muncul dikarenankan dia yang kupercayai dan kubebaskan dia dalam pergaulan demi kebahagiaannya dan kutinggalkan dia di kamar yang ku tempati agar dia lebih aman dan merasa selalu tetap sama-sama. Tetapi cerita dan janji yang pernah dibicarakan mulai berubah, berubah semenjak dia membuka hatinya ke lain hati, yg lupa akan siapa yang selalu bersama, serta sempat di lamar oleh pria yang disembunyikan serta saya balik dengan tujuan ingin mempertanggung jawabkan kesalahan yang pernah terjadi selama berhubungan dengannya, dan jawabnya, plin plan dan terakhir kata maaf dia lagi sibuk, serta bermohon, hal yg sama terulang kembali pada bulan yg sama yaitu bulan agustus, tolong hargai dan mangarti akang pa de’ (boggo) untuk sekarang dia sudah tak mau berhubungan karena ingin memperbaiki diri dan mengakui sebagian kecil kesalahan yang sebagian besar belum ku ketahui, seiring berjalan waktu, pada hari itu di atas gunung lebih meyakinkan ternyata dia lari dengan kata HIJRAH kejalan kebenaran (kebohongan yang pada akhirnya hijrah ke lain Hati) dan serta bermaksud menanyakan secara baik baik tetapi jawabnya hanya seorang kakak di kampong, dan kuputuskan untuk keluar serta tidak tinggal dan berlindung bersama saya, kebencian darinya pun semakin memuncak seakan akan aku lah yang memulai persoalan semua ini,.
Pada akhirya dia tidak ada bedanya denga ayahnya yg mengambil keputusan tanpa memikirkan perasaan orang yg berjuang bersamanya, dan hanya Do’a terbaik selalu ku hanturkan agar dia selalu Bahagia bersama pilihannya demi kebaikan hidupnya nantinya. Serta berkata terima kasih atas segalanya dan terimakasih telah meninggalkan cerita yang banyak pelajaran yang bisa kupelajari pada hubungan berikutnya yang sampai kapanpun kutak tau pada siapa tempat persandaran terkahir. Yang benar benar ingin berjuang bersama-sama.
Itulah akhir dari cerpen yang berjudul KEBENARAN DI BALIK TOPENG. Semoga bermanfaat, TERIMAKASIH

Penulis__MS

No comments:

Post a Comment

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...