Saturday 11 November 2017

MAKALAH EMULSI SANTAN ( BIOKIMIA)



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, Rabu 04 Oktober 2017


Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2   Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
1.3   Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Santan............................................................................................................................. 3
2.2   Emulsi............................................................................................................................. 4
2.3   Stabilitas Emulsi............................................................................................................. 7
BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan..................................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11





BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstraksi dari kelapa  yang dihasilkan dari kelapa yang diparut dan kemudian diperas bersama air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Dahulu, untuk memperoleh santan dilakukan dengan cara diperas dengan tangan dari kelapa yang diparut dan menambahkan air panas sehingga santan yang dihasilkan lebih baik. Akan tetapi, saat ini sudah terdapat mesin pemeras santan yang dalam penggunaannya kelapa yang diparut tidak perlu dicampurkan dengan air dan pati santan yang dihasilkan murni 100%. Saat ini juga banyak dijual santan instan atau siap saji dengan cara pemakaiannya hanya menambahkan air lalu dimasak. Penggunaan santan di Indonesia sangat luas, diantaranya digunakan dalam pembuatan makanan seperti rendang, opor, dodol, agar-agar, dan lain sebagainya. 
Santan merupakan bentuk emulsi minyak dalam air dengan protein sebagai stabilisator emulsi. Air sebagai pendispersi dan minyak sebagai fase terdispersi. Di dalam sistem emulsi minyak air, protein membungkus butir-butir minyak dengan suatu lapisan tipis sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung menjadi satu fase kontinyu. Butir-butir minyak dapat bergabung menjadi satu fase kontinyu jika sistem emulsi di pecah dengan jalan merusak protein sebagai pembungkus butir-butir minyak. Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Hal ini disebabkan karena santan  mengandung senyawa nonylmethylketon, dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak. 
Pemanfaatan santan dalam produksi makanan olahan sering menghadapi permasalahan yaitu terjadi pemecahan santan ketika dipanaskan. Pecahnya santan dapat dilihat dari terbentuknya gumpalan-gumpalan putih di permukaan, rasa gurih dari santan berkurang menyebabkan cita rasa produk olahan berubah dan penampilannya menjadi kurang menarik. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan pengadukan selama santan tersebut dipanaskan dan penggunaan api kecil selama pemasakan santan. Namun, warga Sumatera Barat memiliki keunikan yaitu  memasukkan piring porselen ke dalam wajan atau panci untuk menghindari santan pecah meskipun tanpa pengadukan. Oleh karena itu, kelompok kami tertarik untuk membuktikan kebenaran dari kearifan lokal tersebut.

1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengertian dari santan  ?
2.      Apa itu pengertian dari emulsi ?
3.      Bagaimana stabilitas emulsi ?
1.3   Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari santan.
2.      Mengetahui pengertian dari emulsi.
3.      Mengetahui dan memahami stabilitas emulsi.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Santan 
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah kelapa dapat dibuat menjadi berbagai macam olahan pangan, salah satunya adalah santan kelapa.
Kingdom: Plantae
Klas: Dicotyledonae
Ordo: Arecales
Famili: Araceae
Genus: Cocos
Spesies: Cocos nucifera L

Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara pemerasan parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Santan kental merupakan hasil olahan santan kelapa yang telah diberi emulsifier, sehingga emulsinya lebih stabil. Namun, santan kental mudah rusak dan berbau tengik, karena itu perlu diupayakan produk santan kental siap pakai yang mempunyai daya simpan cukup. Untuk memperpanjang masa simpan santan kental diperlukan perlakuan pemanasan (Ramdhoni et all., 2009).
Pemarutan merupakan tahap pendahuluan dalam memperoleh santan. Pemarutan bertujuan untuk menghancurkan daging buah dan merusak jaringan yang mengandung santan sehingga santan mudah keluar dari jaringan tersebut. Pemerasan dengan menggunakan tangan untuk memberikan tekanan pada hasil parutan dan memaksa santan keluar dari jaringan. Mengekstraksi santan dapat dilakukan pemerasan dengan tangan dan selanjutnya dilakukan penyaringan. Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan.

2.2  Emulsi
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok. (Depkes RI, 1979). Emulsi juga merupakan suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 1989)  Dari kedua sumber diatas maka emulsi dapat pula diartikan sebagai sistem dua fase dalam (terdispersi) yang berupa batas-batas kecil terdistribusi keseluruh fase luar (pembawa) dengan bantuan emulgator yang cocok sebagai komponen penunjang emulsi.
Pembuatan suatu emulsi terdapat teori yang menyangkut proses terbentuknya emulsi yang stabil. Adapun tiga teori pembentukan emulsi yaitu :
1.      Teori tegangan permukaan atau Surface Tension Theory
Dalam teori ini dijelaskan bahwa untuk menurunkan tegangan permukaan antar dua cairan yang tidak tercampur diperlukan suatu zat aktif. Permukaan (surfaktan) atau zat pembasah (emulgator) yang mampu menahan bersatunya tetesan kecil menjadi tetesan besar dengan jalan mengurangi daya tolak menolak cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul masing-masing cairan, sehingga stabilitas emulsi tetap baik secara fisik maupun kimia.

2.      Oriented Wedge Theory
Menurut teori ini emulsi dapat terbentuk akibat adanya emulgator yang melarut dalam suatu fase dan terikat dalam fase tersebut. Untuk zat pengemulsi yang memiliki karakteristik hidrofilik yang besar daripada sifat hidrofobiknya akan membentuk suatu emulsi minyak dalam air (M/A) dan suatu emulsi air dalam minyak sebagai hasil penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik daripada hidrofilik.



3.      Teori lapisan antarmuka atau Plastic Film Theory
Teori ini menjelaskan proses pembentukan emulsi dengan memaparkan zat pengemulsi pada antarmuka masing-masing tetesan dari fase internal, lapisan film plastik tipis yang mengelilingi lapisan tersebut akan mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali tetesan kecil itu menjadi tetesan yang lebih besar, sehingga dengan stabilnya kondisi ini akan mampu mempertahankan stabilitas emulsi.

Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan adanya zat pengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya. Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :
1.      Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
2.      Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.
Dari kedua emulsi diatas, emulsi tipe M/A yang paling banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral. Hal ini terjadi karena umumnya fase minyak memilik bau dan rasa yang tidak enak, sehingga minyak cenderung digunakan sebagai fase internal. Emulsi tipe A/M umumnya digunakan dalam formulasi untuk pemakaian luar, dimana minyak dapat menjaga kelembutan dan kelembapan kulit.

Pengujian Tipe emulsi terbagi atas:
1.      Cara Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi tidak pecah maka tipe emulsi minyak dalam air. Jika pecah maka tipe emulsi air dalam minyak.
2.      Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air (M/A). contoh: metilen-blue.
3.      Cara Flouresensi
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi minyak dalam air flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi air dalam minyak flouresensinya sempurna.
4.      Hantaran Listrik
Emulsi minyak dalam air dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion dalam air, sedangkan emulsi air dalam minyak tidak dapat menghantarkan listrik.

Dalam proses pembuatan emulsi diperlukan suatu tenaga atau energi yang dapat mereduksi  fase intern menjadi butir-butir kecil, energi tersebut merupakan tenaga luar yang diperoleh dari kerja tangan ataupun mesin. Disamping energi juga diperlukan teknik pembuatan emulsi untuk memperoleh emulsi yang stabil yaitu dengan metode pembuatan emulsi:
1.      Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa.Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
2.      Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.
3.      Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.

Zat pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi dalam fase kontinu sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5% – 20% dari berat fase minyak. (Anief, 2004). Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
·         Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.
·         Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.
·         Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.

2.3  Stabilitas Emulsi
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. (Voigt. R, 1995).
Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :
1.      Pengaruh viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan viskositas emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar. Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang kurang. Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.

2.      Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mixer. Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.

3.      Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinu
Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang digunakan.

Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan.
a.       Terdapat beberapa teori tentang tidak stabilnya emulsi yaitu :
1.      Creaming atau Flokulasi
Adalah peristiwa terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda, dimana agregat dari bulatannya fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut dengan keadaan yang bersifat reversibel atau dapat didistribusikan kembali melalui pengocokan. (Ansel, 1989)
2.      Inversi
Ialah suatu peristiwa pecahnya emulsi dengan tiba-tiba dari satu tipe ke tipe yang lain.
3.      Cracking atau Koalesensi
Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan partikel-partikel kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat irreversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula melalui pengocokan(Anief, 2000).
b.      Pecahnya emulsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
·         Jika emulsi yang terjadi belum sempurna lalu diencerkan maka emulsi akan pecah kembali.
·         Pengocokan yang keras dapat menggabungkan partikel terdispersi sehingga emulsi menjadi pecah.
·         Teknik pembuatan, misalnya terlalu lama merendam gom dalam minyak.
·         Senyawa organik yang larut dalam air misalnya eter, ethanol, etil asetat, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap emulsi. Oleh karena itu harus ditambahkan sedikit demi sedikit diikuti dengan pengadukan.
·         Perubahan pH yang besar.
·         Perubahan temperatur.
·         Emulgator yang berlawanan misalnya gelatin dan gom.
·         Penambahan garam atau elektrolit dalam kondisi yang besar.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Simpulan yang diperoleh dari pembuktian kebenaran kearifan lokal yang dikaji pada makalah ini adalah bahwa piring porselen yang dimasukkan ke wajan yang berisi santan pada saat pemasakan santan akan menghindari pecahnya santan yang telah dimasak, dengan begitu hipotesis yang digunakan diterima. Hal ini telah dibuktikan dari percobaan secara langsung terhadap pengaruh porselen pada saat pemasakan santan. Selain membuat santan tidak pecah, penambahan porselen ternyata memberikan efek santan yang dimasak cepat matang, ini diduga karena piring porselen dapat mengantarkan panas secara konduksi yang menyebabkan santan menjadi matang secara merata. Terdapat dua hal yang bermanfaat dari pembuktian ini yaitu orang yang memasak santan tidak perlu terlalu sering untuk mengaduk santan yang sedang dimasak sehingga orang tersebut dapat mengerjakan hal lain, selanjutnya dengan penambahan porselen ke dalam santan dapat mempersingkat waktu pemanasan sehingga hanya diperlukan waktu yang lebih singkat dari waktu biasanya


3.2  Saran
·         Pengolahan santan kelapa semestinya di perhatikan menggunakan peralatan yang lebih efisien, cepat, dan lebih sehat.
·         Pengolahan santan kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan sahari-hari khususnya dalam bidang pangan.






1 comment:

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...