DUNIA
DALAM CANGKIR
Dilansir dari Liputan 6.Com, kopi merupakan salah satu
komoditi terbesar di Negara Indonesia, tidak mengherankan, ketika Indonesia
menjadi negara pengekspor kopi terbanyak keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Colombia.
Bukan hanya karena kenikmatannya, tetapi juga karena harganya yang ekonomis
bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi.
Siapa sih yang tidak
menyukai kopi? Kita sebut saja Ludwig Van Beethoven komposer dan pianis besar
dunia yang lahir di Bonn (Jerman), atau Paul Erdos seorang ahli matematika yang
berasal dari Hungaria, mereka adalah sebagian tokoh dunia yang telah lebih
dahulu mengenal dan mencintai kopi dibandingkan kita-kita ini.
Begitu banyak kalangan
masyarakat Indonesia yang juga sangat mencintai kopi, salah satunya adalah
kalangan anak muda. Gaya hidup anak muda zaman sekarang yang cenderung lebih ke
perilaku konsumtif, membuat para pelaku usaha menjadikan warung kopi sebagai
ladang usahanya.
Bagi sebagian anak muda,
warung kopi telah menjadi sahabat dikala sendirian, dan dapat menjadi pelepas
penat dikala otak butuh sebuah inspirasi. Kopi telah mengambil tempat yang
istimewa di hati kalangan masyarakat urban, hal ini dikarenakan kopi bukan lagi
sekedar cita rasa saja, melainkan dapat dikatakan sebagai filosofi kehidupan.
Mahasiswa merupakan
kalangan anak muda yang paling banyak meminati kopi. Itulah mengapa sekarang
ini, begitu banyak warung-warung kopi yang letaknya berdekatan dengan
tempat-tempat perkuliahan. Banyak mahasiswa yang mengatakan, bahwa skripsi
tidak akan mendapatkan kata penutup, jika belum ditemani segelas kopi bersama
aromanya yang membuat kita lupa sesaat, akan sesaknya menjadi mahasiswa tingkat
akhir.
Karena penasaran dengan
dengan pernyataan-pernyataan tersebut, akhirnya beberapa waktu lalu, saya
memutuskan untuk mewawancarai anak-anak muda terlebih khusus mahasiswa yang
sedang menikmati kopi disalah satu warung yang dekat dengan sebuah tempat
perkuliahan, mata saya tertuju pada dua orang pemuda yang sedang asik menikmati
seteguk kopi, bersama smartphone dan sebuah buku indah yang berjudul “ilmu
dalam perspektif”.
Setelah berbasa-basi
sesaat, akhirnya saya mengajukan sebuah pertanyaan yang sama kepada dua pemuda
itu, Mengapa anda menyukai warung kopi dan mengapa anda sangat menyukai kopi?,
mereka sontak menjawab “ bahwa warung kopi adalah tempat yang indah, ketika
dunia ini butuh perbincangan, dan secangkir kopi adalah inspirasi ketika
mentari pagi datang bersinar, dan teman ketika angin malam mulai berhembus.
Salah satunya melanjutkan
perkataannya, bahwa kopi juga identik dengan warna hitam, kita tidak
tahu secara keseluruhan mengenai benda-benda apa saja yang mungkin ada di dalam
cairan berwarna hitam itu, zat-zat apa yang dikandung, air apa yang dipakai
untuk melarutkan bubuk kopi, ataupun kopi jenis apa yang tersaji dalam cangkir
kopi itu, kita tidak tahu! Semua dirahasiakan oleh warna hitam. Sama
seperti kehidupan kita. Kita tidak tahu hal-hal apa saja yang akan terjadi esok
hari, akan jadi apa kita nanti, siapa pasangan hidup kita, akankah kita sukses,
kapan kita meninggal, kita tidak tahu! Itulah mengapa kopi dapat dikatakan
sebagai teman dikala sendirian dan menjadi sahabat dikala kesunyian. Namun
katanya, hal ini tidak berarti bahwa kami menganggap kopi sebagai bensin atau
roda kreativitas kita, tetapi lebih sebagai pendongkrak kreativitas.
PENULIS__ERI
MOKOAGOW
No comments:
Post a Comment