ISOLASI DAN PEMURNIAN PROTEIN
I.
Hari/ Tanggal Percobaan : Senin, 02 Mei 2017
II.
Tujuan Percobaan
Mengisolasi dan
memurnikan a-lactoglobulin
dari susu bubuk komersial.
III. Tinjauan Pustaka
Protein
(protos yang berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari
gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari
6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida(Mayes et al., 1990).
Protein
banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti
pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein
adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan
organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh
yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh(Anna, 1999).
Asam
amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida
pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta
kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya
20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein(Mayes et al., 1990).
Prinsip utama
sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan
cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan
berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas.
Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin
sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation
per minute) atau 3000 rpm(Fariz dan Siwindarto,
2014).
Banyak metode yang
digunakan untuk fraksinasi protein terutama berdasarkan ukuran molekul dari
protein. Sebagai contoh, protein yang diangkat dari larutan dengan menambahkan
garam, proses dari ukuran molekul protein yang lebih besar ke ukuran yang lebih
kecil. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi
tinggi disebut "salting out". Metode "salting out"
ini mungkin bergantung pada fenomena fisik, dua fenomena tersebut yang penting
di antaranya adalah penghentian dari daya tarik dari permukaan protein oleh ion
garam dan perpindahan air dari sekitar molekul protein oleh kompetisi dari ion
dari garam dengan air (Lehninger, 1988).
Salting out merupakan metode yang
digunakan untuk memisahkan protein yang didasarkan pada prinsip bahwa protein
kurang terlarut ketika berada pada daerah yang konsentrasi kadar garamnya
tinggi. Konsentrasi garam diibutuhkan oleh protein untuk mempercepat keluarnya
larutan yang berbeda dari protein satu ke protein yang lainnya(Lehninger, 1988).
Pengaruh penambahan
garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan
jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah
muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein (Anwar, 1994).
Suatu campuran
protein, seperti yang dapat diekstraksi dari jaringan dengan menggunakan atau
larutan garam encer, dapat dipisah-pisahkan dengan penambahan sedikit demi
sedikit ammonium sulfat. Pertama-tama globulin akan diendapkan dan kemudian
dapat dipisahkan dengan sentrifus atau dengan penyaringan. Albumin mengendap
apabila ammonium sulfat dalam larutan tersebut telah jenuh. Pemisahan dengan
menggunakan garam ini, digabungkan dengan perubahan keadaan keasaman larutan dapat
memisahkan campuran protein dengan cukup baik. Pemurnian selanjutnya mungkin
memerlukan prosedur kromatografi yang lebih teliti (Anwar, 1994).
Kelarutan protein akan
berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan garam- garam anorganik.
Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi,
sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk
mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang
tersedia untuk molekul protein akan berkurang(Saleh,
2004).
Kegunaan dari ammonium
sulfat untuk pemisahan protein adalah untuk mempercepat dalam menghubungkan
klasifikasi dari albumin dan globulin. Sodium sulfat lebih sesuai untuk
pemisahan analitik dari plasma protein (Saleh, 2004).
Prof. Douglas Goff,
seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi
susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa
lemak (solids nonfat). Kemudian bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein,
laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim
(peroksidase, katalase, pospate, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin
(vitamin A, vitamin C, vitamin D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah
dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi
berbagai factor seperti factor bangsa (breed) dari sapi(Anwar, 1994).
Protein dalam susu
mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari
asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan (peptide linkages). Beberapa
protein spesifik menyusun protein susu. Protein pada bagian padat (disebut
kasein) dan protein pada bagian cair (disebut whey). Kasein merupakan protein
yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein dalam
susu mencapai 80%(Anwar, 1994).
Pemanasan, pemberian
enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey
protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk
memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa
dalam protein disebut whey protein(Anwar, 1994).
Casein merupakan
protein yang khas dari susu. Kasein dibuat oleh kelenjar susu. Sumber utama
protein susu adalah asam amino yang terdapat dalam darah(Triyono,
2010).
Casein merupakan
phosphoprotein. Casein tidak larut pada titik isoelektriknya, pH 4,6 tapi
setelah pH susu mendekati 7,0, casein ada sebagai garam, Calsium Caseinate.
Casein bukan protein tunggal tapi dalam bentuk grup, yang terdiri atas 3 atau
lebih protein. Protein ini dinamakan α, β, κ dan λ(Triyono,
2010).
Dalam kondisi asam (pH
rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan
untuk kepentingan medis, nutrisi dan produk-produk farmasi. Selain sebagai
makanan, acid casein digunakan pula
dalam industry pelapisan kertas (paper
coating), cat pabrik tekstil, perekat dan kosmetik(Triyono,
2010).
IV. Alat dan Bahan
Ø Alat
1. Gelas piala 100 mL
2. Kain kasa
3. pH
meter
4.
Centrifugation
5. Tabung centrifugation
Ø Bahan
1. Amonium Sulfat
2. Aquades
3. HCl 1,0 M
4. NaOH 1,0 M
5. Susu bubuk full
cream komersial
V. Metode Percobaan
Isolasi dan Pemurnian a-Lactoglobulin
Susu
1. Ditimbang
7,5 gram susu bubuk full cream dan dilarutkan
menjadi 50 mL dengan air hangat (40oC) di dalam 100 mL gelas piala.
2. Ditambahkan
perlahan-lahan sambil diaduk 10 gram garam amonium sulfat.
3. Dibiarkan
selama beberapa menit sampai terjadi pengendapan.
4. Disaring cairan tersebut dengan kain kasa.
5. Dituangkan filtrat ke dalam gelas piala (100 mL) dan diteteskan
1,0 M HCl secara perlahan-lahan sampai pH menjadi 3,0 (± 0,1).
6. Dipindahkan cairan tersebut ke dalam 4 buah tabung
sentrifugasi dengan volume yang sama untuk masing-masing tabung.
7. Disentrifugasi
sampai presipitat mengendap di dasar tabung (~
15 menit).
8. Dibuang
supernatan secara perlahan-lahan.
9. Dilarutkan
kembali presipitat dalam 5 mL air dan dikumpulkan ke dalam satu tabung
sentrifugasi yang bersih, kemudian naikkan pH sampai 8,5-9,0 dengan diteteskan
secara perlahan-lahan 1,0 M NaOH sambal digoyang-goyangkan tabung tersebut.
10. disentrifugasi
kembali cairan tersebut dan dituangkan dengan hati-hati “supernatant” ke dalam gelas piala (50 mL).
11. a-Lactalbumin yang relatif murni terdapat di dalam supernatan di atas.
VI. Hasil Percobaan
Percobaan 2.
ISOLASI DAN PEMURNIAN PROTEIN
Sentrifugasi I
Filtrat
|
pH Awal
|
pH Setelah Penambahan HCl
|
7,4
|
3,35
|
Presipitat + Air
|
pH Awal
|
pH Setelah Penambahan NaOH
|
3,35
|
3,8
|
Sentrifugasi II
VII.
Pembahasan
Pelarut yang
digunakan pada percobaan ini adalah air hangat (400C) untuk
melarutkan susu, karena jika air yang digunakan bersuhu terlalu tinggi atau
terlalu panas, maka protein dalam susu akan terdenaturasi dan menyebabkan
protein dalam susu menjadi rusak. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari
protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah.
Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen.
Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu
bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa
entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin
tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan
kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya
koagulasi. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya.
Lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan posisi dari
dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan.
Kemudian pada tahap pengendapan menggunakan ammonium sulfat. Hal ini dilakukan
karena protein kurang terlarut pada daerah yang konsentrasi atau kadar garamnya
tinggi. Konsentrasi garam dibutuhkan untuk mempercepat keluarnya larutan yang
berbeda dari protein atau dengan kata lain untuk memisahkan protein dari
senyawa bukan protein yang terkandung dalam larutan susu.
Sebelum
disentrifugasi, perlu penambahan larutan HCl pada filtrat. Hal ini ditujukan
untuk memisahkan campuran protein. Protein yang terkandung dalam susu umumnya
adalah kasein dan whey protein. Kasein adalah phosphoprotein umum ditemukan di
susu mamalia. Protein ini komposisinya sekitar 80% dari komposisi keseluruhan
protein susu. Susu mengandung dua jenis dari protein whey dan kasein alami.
Oleh karena itu susu cair murni lebih banyak mengandung protein whey
dibandingkan dengan susu bubuk. Yang termasuk dalam protein whey adalah
alfa-laktabumin, beta laktoglobulin, imunoglobulin, laktoferin, serum albumi,
dan lisozim.
Sentrifugasi
kemudian dilakukan untuk mempercepat pemisahan protein. teknik pemisahan
campuran yang dilakukan dengan memanfaatkan gaya sentripetal. Prinsip utama
sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan
cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan
berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas.
Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin
sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi. Setelah proses sentrifugasi ini
dihasilkan dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan kasein dan sedangkan whey
protein tidak larut pada pH < 4 sehingga whey protein terletak pada lapisan
bawah. Dalam whey protein terkandung pula
beberapa enzim, hormone, antibody, factor pertumbuhan (growth factor), dan
pembawa zat gizi (nutrient transporter).
Sebagian besar whey protein tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka,
beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa
ini disebut dengan alergi protein (milk
protein allergy).
Sebelum
disentrifugasi untuk yang kedua kalinya, kita menambahkan NaOH pada presipitat
yang telah dicampur dengan air. Hal ini ditujukan untuk memisahkan
β-lactoglobulin dan α-lactalbumin yang terkandung dalam whey protein dan
selanjutnya cairan tersebut disentrifugasi kembali. Setelah disentifugasi
dihasilkan dua lapisan. Pada lapisan atas (supernatan) merupakan α-lactalbumin
murni. α-lactalbumin ini larut pada pH > 6,0 sedangkan β-Lactoglobulin
terdapat pada lapisan bawah.
VIII. Penutup
8.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bawha untuk mengisolasi dan memurnikan
α-Lactalbumin dari susu bubuk komersial dapat dilakukan dengan teknik
pengendapan dengan penambahan garam (salting
out), penambahan asam dan penambahan basa. Sentrifugasi juga dilakukan
untuk mempercepat proses pengendapan (pemisahan) protein.
8.2 Saran
Praktikan
harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar mendapatkan hasil yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, P. 1999. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta : UI Press
Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:
Depdikbud
Fariz, A dan Siwindarto, P. 2012. Pemisahan Lemak
Susu Menggunakan Metode Sentrifugasi. Jurnal
Elektronika. 3(6): 12-18.
Lehninger,
A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Mayes,
P.A., Granner, D.K., Rodwell, V.W., dan Martin, D.W., 1990. Biokimia Harper
Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Saleh, E. 2004. Teknik Pengolahan Susu dan Hasil
Ikutan Ternak. Jurnal Peternakan. 3(1): 16-21.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekul. Manado: FMIPA
UNSRAT.
Triyono, A. 2010. Pengaruh Penambahan Beberapa Asam
pada Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.). Jurnal Rekayasa Kimia dan Proses. 1(4): 11-42.
No comments:
Post a Comment