Beberapa tahun belakangan saya sering menarik
diri dari arus, semacam melihat arus itu kemana jalannya. Ada apa di
lajurnya. Dan sampai kemana arus itu mengalir. Akhir akhir ini memang
saya sering ingin menikmati, melirik lika liku yang ingin di kritisi.
Tapi sudahlah. Hal itupun saya berpikir untuk meliriknya dari segi
tulisan, merangkainya, dan menciptakan sepengal kata kata yang semoga
punya makna. Hal itu juga mungkin punya pengaruh terhadap keaktifan saya
mengeluarkan statmen.
Dengan memahami diri bahwa masih perlu banyak belajar lagi,
saya mempelajari beberapa hal dengan baik dan bijak. Semacam ketika
ditanya sesuatu, saya memohon izin untuk sekedar memahaminya terlebih
dahulu.
Tulisan ini adalah sebuah renungan bahkan sedikit isi dalam
hati hampir beberapa tahun ini. Ketika begitu tampak orang orang
"memuja" pikiran pikiran mereka sendiri. Dengan segala hal yang mereka
pikirkan dan bangganya mereka dengan pikiran pikiran mereka itu.
Mengamati perkembangan opini saat ini, wacana yang
bermunculan, hingga beraneka jenisnya itu, pikiran pikiran manusia itu
mengerikan. Lebih mengerikan ketika mereka lebih memuja pemikiran
pemikiran itu. Dan saya mengerti, kenapa Allah menutup mata hati orang
orang begitu.
Sebetulnya, kegagalan berkompetisi bukan hanya berujuk pada
faktor eksternal. Melaikan faktor internalnya. Gagalnya proses,
ideologisasi yang putus, krisis kepercayaan kepada sesama, tidak
berjalanya pengkaryaan, dan bahkan sifat sifat ke angkuhan diri. tidak
memperhatikan faktor siapa yang tua dan siapa yang muda. Adalah
segelintir masalah masalah internal.
Beberapa faktor diatas, ditambah dengan faktor
bio-psikologis. Tentang usia yang terus berlanjut, dari muda menjadi
tua, tak berdaya, lalu pada akhirnya mati. Mati ini di sebut biologis,
mati pula tak harus menunggu tua. Kematian psikologis, saat usia muda
tak matang matang, mati rasa, tak peduli, lalu mati untuk selama
lamanya.
Kondisi ini biasa disebut dengan kuldesak. Kebekuan dalam
berfikir. Matinya nalar kritis. Beberapa hal penyebabnya antara lain,
krisis kepercayaan yang menciptakan apatisme (ketidakpedulian),
hedonisme yang mematikan altruisme (kesadaran). Ketidak pedulian pada
isu-isu dan kondsi disekirtanya dan ketidaksadaran akan peran pijakan
yang sesunguhnya.
Ketika hal ini menggelayuti tiap individu yang tergabung
dalam organisasi, maka tidak lama lagi akan segera menuju ambang
kematian. Di telan jaman, dan dihancurkan oleh lingkungan. Semoga Allah
senantiasa menjaga kita dari kondisi-kondisi diatas.
Tulisan ini saya tulis bukan untuk
mengacungkan kepalan tangan untuk melawan. Tapi lebih dari sekedar
melontarkan isi pikiran dan isi hati. Semoga kita masih di pertemukan
dengan waktu, siapa saya dan apa kontribusi saya. Itu Tergantung Allah
yang menuntun JalanNya.
sebuah catatan dari http://sepengalkatakata.blogspot.co.id/ (farid G Laute)
Nice
ReplyDelete