Tuesday 24 October 2017

SEBUAH OTOKRITIK

Beberapa tahun belakangan saya sering menarik diri dari arus, semacam melihat arus itu kemana jalannya. Ada apa di lajurnya. Dan sampai kemana arus itu mengalir. Akhir akhir ini memang saya sering ingin menikmati, melirik lika liku yang ingin di kritisi. Tapi sudahlah. Hal itupun saya berpikir untuk meliriknya dari segi tulisan, merangkainya, dan menciptakan sepengal kata kata yang semoga punya makna. Hal itu juga mungkin punya pengaruh terhadap keaktifan saya mengeluarkan statmen.
Dengan memahami diri bahwa masih perlu banyak belajar lagi, saya mempelajari beberapa hal dengan baik dan bijak. Semacam ketika ditanya sesuatu, saya memohon izin untuk sekedar memahaminya terlebih dahulu. 


Tulisan ini adalah sebuah renungan bahkan sedikit isi dalam hati hampir beberapa tahun ini. Ketika begitu tampak orang orang "memuja" pikiran pikiran mereka sendiri. Dengan segala hal yang mereka pikirkan dan bangganya mereka dengan pikiran pikiran mereka itu.
Mengamati perkembangan opini saat ini, wacana yang bermunculan, hingga beraneka jenisnya itu, pikiran pikiran manusia itu mengerikan. Lebih mengerikan ketika mereka lebih memuja pemikiran pemikiran itu. Dan saya mengerti, kenapa Allah menutup mata hati orang orang begitu.
Sebetulnya, kegagalan berkompetisi bukan hanya berujuk pada faktor eksternal. Melaikan faktor internalnya. Gagalnya proses, ideologisasi yang putus, krisis kepercayaan kepada sesama, tidak berjalanya pengkaryaan, dan bahkan sifat sifat ke angkuhan diri. tidak memperhatikan faktor siapa yang tua dan siapa yang muda. Adalah segelintir masalah masalah internal.
Beberapa faktor diatas, ditambah dengan faktor bio-psikologis. Tentang usia yang terus berlanjut, dari muda menjadi tua, tak berdaya, lalu pada akhirnya mati. Mati ini di sebut biologis, mati pula tak harus menunggu tua. Kematian psikologis, saat usia muda tak matang matang, mati rasa, tak peduli, lalu mati untuk selama lamanya. 


Kondisi ini biasa disebut dengan kuldesak. Kebekuan dalam berfikir. Matinya nalar kritis. Beberapa hal penyebabnya antara lain, krisis kepercayaan yang menciptakan apatisme (ketidakpedulian), hedonisme yang mematikan altruisme (kesadaran). Ketidak pedulian pada isu-isu dan kondsi disekirtanya dan ketidaksadaran akan peran pijakan yang sesunguhnya.
Ketika hal ini menggelayuti tiap individu yang tergabung dalam organisasi, maka tidak lama lagi akan segera menuju ambang kematian. Di telan jaman, dan dihancurkan oleh lingkungan. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kondisi-kondisi diatas. 


Tulisan ini saya tulis bukan untuk mengacungkan kepalan tangan untuk melawan. Tapi lebih dari sekedar melontarkan isi pikiran dan isi hati. Semoga kita masih di pertemukan dengan waktu, siapa saya dan apa kontribusi saya. Itu Tergantung Allah yang menuntun JalanNya. 

 sebuah catatan dari http://sepengalkatakata.blogspot.co.id/ (farid G Laute)

1 comment:

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...