LARUTAN BUFFER
I.
Hari/ Tanggal Percobaan : Senin, 10 April 2017
II.
Tujuan Percobaan
1. Membuat larutan
buffer asetat.
2. Mempelajari daya
sanggah larutan buffer.
III. Tinjauan Pustaka
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang
dapat mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan
asam, basa, ataupun pengenceran. Dengan kata lain, pH larutan penyangga tidak
akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan sedikit asam kuat, basa
kuat atau jika larutan tersebut diencerkan. Larutan buffer mengandung zat
terlarut yang bersifat penyangga. Penyangga memiliki komponen asam basa
mengatasi penurunan pH. Asam dan basa ini merupakan pasangan konjugasi(Daintith,
2008).
Larutan
penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan
nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini
seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam
kuat.Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan
asam konjugatnya.Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya(Ariwahjoedi,
2004).
Sifat
dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan tidak
berubah pula jika ditambahkan kedalamnya sedikit asam atau basa. Pada dasarnya
suatu larutan penyangga yang tersusun dari asam lemah dan basa konjugasi
merupakan suatu sistem kesetimbangan ion dalam air, yang melibatkan adanya
kesetimbangan air dan kesetimbangan asam lemah. Di samping itu, terdapat ion
basa konjugasi yang berasal dari garam atau hasil reaksi antara asam lemah
tersebut dengan basa kuat. Buffer dapat di defenisikan sebagai campuran
asam/basa lemah dengan garamnya. Fungsi buffer adalah untuk mempertahankan pH
larutan saat ditambahkan asam/basa lemah dalam jumlah relatif sedikit.
Kapasitas buffer adalah parameter kuantitatif yang menunjukkan kekuatan
(resistensi) untuk mempertahankan pH. Adapun sifat
yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga
hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat(Chang, 2006).
Dalam berbagai aktivitas yang melibatkan reaksi-reaksi
dalam larutan, seringkali diperlukan pH yang harganya tetap. Perubahan pH
suuatu system seringkali memberikan dampak yang tidak diinginkan. Namun larutan
penyangga dapat mempertahankan pH system terhadap gangguan yang dapat mengubah
pH. Penyangga alami terdapat dalam tubuh makhluk hidup maupun di alam(Arora,
1989).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampis setiap
analisis membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya
macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalha
tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum
serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai dampak
terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, subtrat dan kovaktor(Day
et al., 2002).
Menurut Mangihut (2009), prinsip kerja dari larutan
penyangga yang dapat mempertahankan harga pH pada kisarannya adalah sebagai
berikut :
a. Larutan
Penyangga Asam
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH
< 7). Larutanpenyangga asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa
konjungsinya (A-). Contonya larutan penyangga dari campuran
asam asetat dengan natrium asetat. Persamaan reaksinya:
CH3COOH (aq) à
CH3COO-(aq) + H+(aq)
Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan
basa kuat, dengan catatan, basa kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir
reaksi hanya terdapat asam lemah dan garamnya (basa konjungsinya).
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) à CH3COONa(aq)+
H2O (l)
Reaksi kesetimbangannya yaitu:
HA (aq) à A- (aq) + H+
(aq)
b. Larutan
Penyangga Basa
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH
> 7). Larutanpenyangga basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam
konjungsinya (BH+). Contonya larutan penyangga dari campuran
ammonia dengan ammonium klorida.
Persamaan
reaksinya:
NH3 (aq) + H+ (aq)àNH4+(aq)
Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran basa lemah dan
asam kuat, dengan catatan, asam kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir
reaksi hanya terdapat basa lemah dan garamnya (asam konjungsinya).
Persamaan reaksinya :
NH3 (aq) + HCl (aq)àNH4Cl(aq)
Reaksi kesetimbangannya yaitu:
B(aq)+H2O(l)àBH+(aq)+OH-(aq
pH merupakan skala yang menunjukkan
kadar hidrogen yang melarut
dalam suatu larutan. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan di mana :
pH = -log[H+]
pH asam = 0 – 6; pH netral = 7; pH basa = 8 – 14
Nilai
pH yang paling rendah adalah pH = 0 ([H+] sangat tinggi atau dalam
kata yang lain larutan sangat asam) dan nilai pH yang paling tinggi adalah pH =
14 ([H+] sangat sedikit atau dalam kata yang lain larutan sangat
alkali). Nilai pH H2O yang murni sama dengan “7” dan larutan lain
yang bernilai pH = +/- 7 disebut larutan netral(Bundjali,
2004).
Buffer fosfat adalah buffer netral
dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat dibuat dengan menggunakan monosodium
fosfat (NaH2PO4) dan basa konjugatnya yaitu disodium
fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga merupakan
larutan penyangga, namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen
dalam mempertahankan pH. Hal ini dikarenakan adanya proses saliviasi di dalam
rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagi buffer alami bagi
rumen sehingga kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus(Daintith, 2008).
NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih
atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau
bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan
mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik
leleh 318°C serta titik didih 1390°C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan
1 molekul air (Daintith, 2005). NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam
air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 .
Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida(Keenan
et al., 1989).
Hidrogen
klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi
melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini
bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+.
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk adalah ion
klorida,
Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam
klorida, seperti natrium
klorida.
Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air(Kesuma,
2013).
IV. Alat dan Bahan
Ø Alat
1. Botol
semprot
2. Gelas
piala 100 mL dan 250 mL
3. Labu
takar 500 mL
4. pH
meter
5. Tissue
Ø Bahan
1. Aquades
2. Asam
asetat (CH3COOH) 0,02 M
3. Asam
klorida (HCl) 0,1 M
4. Natrium
asetat (CH3COONa) 0,02 M
5. Natrium
hidroksida (NaOH) 0,1 M
V. Metode Percobaan
Ø
Pembuatan Larutan Buffer
1.
Dibuat masing-masing larutan 0,02 M asam asetat (CH3COOH)
sebanyak 0,5 L dan larutan 0,02 M natrium asetat (CH3COONa) sebanyak
0,5 L. Dihitung dahulu berapa banyak asam asetat (gram) dan natrium asetat
(gram) yang dibutuhkan untuk membuat masing-masing 0,5 L.
2.
Dengan menggunakan persamaan Handerson-Hasselbalch, dihitung
berapa banyak (mL) masing-masing larutan 0,02 M asam asetat dan 0,02 M natrium
asetat yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan buffer dengan pH 3,5; 4,0;
4,5; dan 5,5.
3.
Dicampurkan masing-masing larutan asam asetat dan natrium asetat sesuai
peritungan di atas. Diukur pH larutan! Apakah sama dengan pH yang diharapkan.
Ø
Daya Sanggah Larutan Buffer
1.
Dituang ke dalam dua gelas piala (100 mL) masing-masing dengan 50 mL
aquades dan 50 mL larutan buffer (pilih salah satu dari ke-4 larutan buffer
yang sudah anda buat).
2.
Diukur pH dari masing-masing larutan.
3.
Ditambahkan 10 mL larutan 0,1 M asam klorida (HCl) pada masing-masing
gelas.
4.
Diukur kembali pH masing-masing larutan.
5.
Berapa selisih perubahan pH. Mengapa? (pKa asam asetat = 4,76).
Dilakukan
juga hal yang sama untuk no a sampai e, dengan perbedaan pada no.c, yakni ditambahkan
10 mL larutan 0,1 M natrium hidroksida (NaOH).
VI. Hasil Percobaan
Percobaan 1. LARUTAN BUFFER
Pembuatan Larutan Buffer
100
mL Buffer pH
|
Volume
Larutan (mL)
|
pH Hasil Pembacaan
pH-meter
|
|
CH3COOH
|
CH3COONa
|
||
3,5
|
47
|
3
|
4,18
|
4,0
|
42,6
|
7,4
|
4,11
|
4,5
|
30
|
20
|
4,70
|
5,5
|
7
|
43
|
5,68
|
Daya Sanggah Larutan Buffer
Penambahan Asam
Larutan
|
pH
Awal
|
pH
Setelah Penambahan 10 mL HCl
|
pH
|
Buffer
pH 3,5
|
4,18
|
2,35
|
1,83
|
Aquades
|
7,54
|
2,36
|
5,18
|
Penambahan Basa
Larutan
|
pH
Awal
|
pH
Setelah Penambahan 10 mL NaOH
|
pH
|
Buffer
pH 4,0
|
4,11
|
5,38
|
1,27
|
Aquades
|
7,75
|
12,05
|
4,30
|
ü
|
Ø pH
3,5
pH = pKa + log
3,5 = 4,76 + log
3,5
– 4,76 = log
-1,26 = log
log
= - 1,26
Ø pH
4,5
pH = pKa + log
4,5 = 4,76 + log
4,5
– 4,76 = log
-0,26 = log
log
= - 0,26
ü Perhitungan
Daya Sanggah Larutan Buffer
§ Perhitungan
Penambahan Asam
1. Diketahui
:
Ø pH
yang dipilih adalah 3,5 dengan pH awalnya digunakan pH hasil pembacaan pH-meter
yaitu 4,18
Ø pH
setelah ditambah 10 mL HCl adalah 2,35
Ditanya
: Selisih perubahan pH ()?
Penyelesaian
:
=
pH setelah penambahan HCl – pH Awal
2,35 – 4,18 -1,83
2. Diketahui
:
Ø pH
Awal Aquades = 7,54
Ø pH
setelah ditambah 10 mL HCl adalah 2,36
Ditanya
: Selisih perubahan pH ()?
Penyelesaian
:
=
pH setelah penambahan HCl – pH Awal
2,36 – 7,54
-5,18
§ Perhitungan
Penambahan Basa
1. Diketahui
:
Ø pH
yang dipilih adalah 4,0 dengan pH awalnya digunakan pH hasil pembacaan pH-meter
yaitu 4,11
Ø pH
setelah ditambah 10 mL NaOH adalah 5,38
Ditanya
: Selisih perubahan pH ()?
Penyelesaian
:
=
pH setelah penambahan HCl – pH Awal
5,38 – 4,11
1,27
2. Diketahui
:
Ø pH
Awal Aquades = 7,75
Ø pH
setelah ditambah 10 mL NaOH adalah 12,05
Ditanya
: Selisih perubahan pH ()?
Penyelesaian
:
=
pH setelah penambahan NaOH – pH Awal
12,05 – 7,75
4,30
VII.
Pembahasan
Larutan buffer adalah
larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah) pada penambahan sedikit asam,
Basa, atau pengenceran. Dalam percobaan ini kita dituntut untuk bisa membuat
larutan buffer, mengetahui larutan buffer dan non buffer, mengetahui pentingnya
larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari dan sistem kerja buffer dalam
mempertahankan pH.
Sifat
dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan tidak
berubah pula jika ditambahkan kedalamnya sedikit asam atau basa. Fungsi buffer
adalah untuk mempertahankan pH larutan saat ditambahkan asam/basa lemah dalam
jumlah relatif sedikit. Adapun sifat yang
paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya
berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Menurut data dari hasil percobaan
pembuatan larutan buffer yang dibuat seharusnya mempunyai pH 3,5. Namun, setelah
dilakukan percobaan data pH yang dihasilkan oleh pH meter berkisar 4,18. Hal yang
sama terjadi pula pada pH 4,0, 4,5 dan
5,5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pH yang diharapkan dengan pH
yang dihasilkan. Ada beberapa kemungkinan hal ini bisa terjadi, seperti kurang
telitinya dalam pencampuran, ataupun kesalahan dalam perhitungan konsentrasi
asam asetat dan natrium asetat yang digunakan dalam pembuatan larutan buffer.
Hal ini juga dikarena
kekeliruan dalam perbandingan volume yang ada, sehingga membuat pH dari larutan
buffer ini naik jauh ketika ditambahkan suatu basa atau dikarenakan kesalahan
dalam perhitungan. Selain itu, hal ini juga
disebabkan oleh pH meter. Low battery pada pH meter dapat menggangu pembacaan
pH dan juga bisa juga disebabkan oleh rusaknya membrane gelas yang terdapat pada
gelembung elektroda pH meter sehingga pembacan pH-nya tidak akurat.
Jika larutan buffer ditambahkan asam
atau basa. Larutan tersebut mampu mempertahankan pHnya. Contohnya larutan
buffer asetat ketika ditambahkan asam klorida larutan tersebut mampu
mempertahankan pH-nya sehingga tidak terjadi perubahan pH yang signifikan. Hal
ini terjadi karena ketika larutan buffer asetat ditambahkan asam klorida,
komponen CH3COO– bekerja untuk menetralkan ion H+
larutan asam klorida. Akibatnya, kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Jumlah
ion CH3COO– akan berkurang dan sebaliknya, jumlah molekul
CH3COOH akan meningkat.
CH3COO–(aq)
+ H+(aq) → CH3COOH(aq)
Menurut hasil percobaan daya sanggah
larutan buffer, yakni penambahan asam dan basa pada larutan aquades dan larutan
buffer 3,5 memiliki perubahan pH yang drastis. Hal ini dikarenakan jika ke
dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan bereaksi
dengan zat yang bersifat basa. Perhatikan contoh larutan penyangga yang
terbentuk dari campuran asam lemah CH3COOH dan basa konjugasinya
(ion CH3COO-). Jika ke dalam campuran tersebut
ditambahkan sedikit asam, misalnya HCl, akan terjadi reaksi berikut.
HCl (aq) + CH3COO-
(aq) → CH3COOH (aq) + Cl- (aq).
Berdasarkan reaksi ini, berarti jumlah
basa konjugasi (ion CH3COO-) akan berkurang dan asam
lemah CH3COOH akan bertambah. Penambahan asam ke dalam larutan
penyangga akan menurunkan konsentrasi basa konjugasi dan meningkatkan
konsentrasi asam. Jadi, perubahan ini tidak menyebabkan perubahan pH yang
besar.
Hal ini sesuai dengan prinsip
kerja larutan buffer asam dalam mempertahankan pH, yaitu:
1.
Setiap penambahan H+
akan dinetralisasi oleh basa konjugasi.
2.
Setiap penambahan
OH- akan dinetralisasi oleh asam lemah.
3.
Setiap pengenceran
dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion H+ dan basa
konjugasi dari ionisasi asam lemah namun penambahan konsentrasi H+
menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.
Begitu juga, jika ke dalam campuran
tersebut ditambahkan sedikit basa, misalnya NaOH, akan terjadi reaksi berikut.
NaOH (aq) + CH3COOH
(aq) → CH3COONa (aq) + H2O (aq).
Berdasarkan reaksi ini, berarti jumlah
asam konjugasi (CH3COOH) akan berkurang dan basa konjugasi (CH3COONa)
akan bertambah. Penambahan basa ke dalam larutan penyangga akan menurunkan
konsentrasi asam konjugasi dan meningkatkan konsentrasi basa. Jadi, perubahan
ini tidak menyebabkan perubahan pH yang besar.
Hal ini juga sesuai dengan
prinsip kerja larutan buffer basa dalam mempertahankan pH, yaitu:
1.
Setiap penambahan H+
akan dinetralisasi oleh basa lemah.
2.
Setiap penambahan
OH- akan dinetralisasi oleh asam konjugasi.
3.
Setiap pengenceran
dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion OH- dan asam
konjugasi dari ionisasi basa lemah, namun penambahan konsentrasi OH-
menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.
VIII. Penutup
8.1 Kesimpulan
Ø
Dalam
pembuatan sebuah larutan buffer digunakan asam lemah dan subuah basa
konjugasinya atau sebuah garam.
Ø
Dalam
uji daya sanggah terbukti bahwa larutan buffer sebuah larutan yang menyanggah
pH.
8.2 Saran
Praktikan
harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar mendapatkan hasil yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwahjoedi, B. 2004.Pelarutan
Besi Selektif pada Korosi Baja Karbon dalam Larutan Buffer Asetat, Natrium
Bikarbonat - CO2 Jenuh.Jurnal Matematika
dan Sains. 38 (2): 149 – 161.
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Bundjali, B 2004. Konstruksi
Diagram Potensial – pH untuk Baja Karbon dalam Buffer Asetat secara
Potensiodinamik Eksperimental. Jurnal
Matematika dan Sains. 9 (4): 307
– 312.
Chang, R. 2006. Kimia
Dasar Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Daintith, J. 2008. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga,
Day, R.A., A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood,
J.H. 1989,Ilmu Kimia
untuk Universitas: Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Kesuma,
F. 2013. Karakteristik Dangke dari Susu dengan WaktuInkubasi Berbeda Pasca
Perendaman dalam Larutan Laktoferin. Jurnal
AplikasiTeknologi Pangan. 2 (3):
155-158.
Mangihut. 2009. Kimia Dasar.Jakarta:
PT. Raja GrafindoPersada.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekul. Manado: FMIPA UNSRAT.
No comments:
Post a Comment