Monday 11 December 2017

INTEGRITAS dan MORAL "VERSUS" Masa Depan



Integritas dan Moral “VERSUS” Masa Depan


oleh : Eri Mokoagow
Malam ini, kembali lagi pikiran dan hatiku mengerakkanku untuk menulis apa yang saat ini sedang aku rasakan. Sesaat aku seperti menjadi orang lumpuh, yang tak dapat mengerakkan jari-jariku untuk mengetik sesuatu, ingin ku menulisnya, namun terasa kata ini tak dapat sampai.

Enam hari dari sekarang, aku akan menuju tahap akhirku sebagai seorang mahasiswa S1 (ujian skripsi). Jadwal sudah keluar, undangan sudah berjalan, draft skripsiku pun sudah mulai aku distribusikan. Hati dan pikiranku pun perlahan aku lebih mematangkannya, untuk bersiap bertarung dalam meja ujian.

Kembali kita membahas judul dalam tulisan ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Menurut Merriam Webster, moral adalah sesuatu mengenai atau berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan standar perilaku yang tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut.

Kemarin sore, tepatnya hari Kamis, 20 Juli 2017 pukul 15:00 Wita, aku berbicang bersama teman-temanku, sambil menunggu perubahan jadwal ujian skripsi, dikarenakan dosen pembimbing kami yang tidak dapat bersedia pada jadwal ujian yang telah ditentukan sebelumnya.

Kata demi kata mulai kita keluarkan, curhatan sesama teman selalu menjadi asik untuk didengarkan. Namun, kali ini pembahasannya menjadikan darahku mendidih, pikranku mengacau, rasanya aku ingin berteriak lantang dalam ruangan kelas itu. Terdengar dari mereka, bahwa jika kita ingin cepat wisuda, maka kita harus memberikan uang kepada dosen pembimbing dan penguji kami. Kata mereka, itu adalah informasi dari dosen-dosen kami.

Jika tidak, maka katanya, kita akan dipersulit, sehingga kita akan batal untuk mengikuti yudisium dan wisuda “ungkap seorang dosen”. Awalnya saat aku maju ujian proposal, aku bangga, karena menurutku, aku mendapat dosen-dosen yang penuh integritas, namun pikiranku ternyata salah. Dosen yang selama ini menjadi salah satu dosen terbaik menurutku, ternyata memiliki integritas dan moral yang bobrok. Sungguh tak kusangka, gajimu yang begitu banyak tidak dapat memuaskan hasratmu.

Didepan lift lantai empat fakultas kami, terpampang dalam sebuah benner (salah satu media promosi yang dicetak dengan print digital yang umumnya berbentuk potrait atau landscape) yang bertuliskan “STOP GRATIFIKASI”.
Menurut Undang-Undang Pasal 12 (b) No. 20 Tahun 2001, gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Pada awalnya, aku merasa bahwa fakultas kami akan mendapatkan banyak perubahan yang sangat baik, karena kata-kata itu sudah terpampang didalam fakultas kami, namun ternyata tidak. Tulisan dalam benner itu ternyata hanya sebuah wacana belaka. Sungguh aku sangat terkejut akan hal ini, pikiranku mulai kacau, hatikupun semakin bergejolak. Seorang anak petani, kembali harus menyusahkan kedua orang tuannya, demi kebobrokkan integritas dan moral dosen-dosennya.
Sungguh malang nasibmu nak. Disakumu hanya tersisa uang Rp. 700.000. Untuk menyiapkan makanan saat ujian, mungkin kamu akan menghabiskan uang Rp.200.000, belum lagi pembayaran yang lain-lain, entah kamu akan makan apa nantinya, dan entah kamu akan membayar pakai apa dosen-dosen itu? Sungguh, aku adalah salah seorang yang sangat memegang teguh kata ingeritas. Karena bagiku, Negara kita butuh orang-orang berintegritas, bukan orang-orang yang hanya pintar dalam akademik saja. Namun saat ini, integritas dan moralku benar-benar diuji, demi “masa depan”.

Sungguh sedih dan marahnya aku, ketika melihat teman-temanku menjadi seorang wisudawan dengan cara yang sangat-sangat bodoh. Rasanya fakultas kami hanya menciptakan penjilat-penjilat dan koruptor-koruptor untuk masa depan, bukan menciptakan generasi yang berkualitas.

No comments:

Post a Comment

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...