DONGENG
MAHASISWA
(sumberfoto: Assets.kompas)
Cerita
dan kisah lama kembali terdengar dibenak para Mahasiswa tingkat akhir disebuah
Universitas Negeri di Indonesia Timur. Kata “TOLAK
GRATIFIKASI” awalnya terdengar indah dibenak para mahasiswa, namun seiring
waktu berjalan, tampaknya kata tersebut hanya sebuah kamuflase untuk menutupi kenyataan yang ada. Mungkin bagi adik-adik
tingkat mereka, hal tersebut tampak menjadi hal yang biasa-biasa saja, namun
mereka tidak mengetahui penderitaan dan sakit hati yang selama ini, senior-senior
mereka rasakan.
Dulunya
universitas ini, adalah salah satu universitas hebat yang ada di Indonesia
Timur, namun seiring waktu berjalan, karena banyaknya para penjilat dan
koruptor-koruptor didalamnya, universitas ini menjadi sangat turun kualitasnya,
dan bahkan nama universitas ini telah menjadi buruk dimata
universitas-universitas lain.
Mengapa
demikian? Karena ada tradisi dalam universitas ini, yaitu untuk mendapatkan
nilai yang baik, maka anda harus mempunyai yang namanya “orang dalam”, uang untuk
membayar dosen, dan untuk perempuan, anda bisa menjual diri kepada dosen untuk
mendapatkan nilai yang baik. Entah apa yang terjadi dalam universitas ini,
apakah mungkin ini sebuah kutukan?
Seiring
berjalannya waktu, tibalah kembali sebuah fakultas di dalam universitas itu
merayakan ulang tahun atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Dies Natalis”. Banyak kegiatan yang
telah dicanangkan dalam merayakan Dies Natalis tersebut.
Seminggu
kemudian, tibalah waktu pembukaan acara tersebut, ibarat seorang pengemis yang
memakai pakaian compang-camping, begitu pulalah yang terlihat dan terjadi dalam
kegiatan tersebut. Namun karena berkerasnya para petinggi fakultas tersebut,
maka apapun yang terjadi, kagiatan tersebut harus berjalan. Hal ini ibaratkan
menjadi durian runtuh bagi para koruptor yang ada disitu. Karena, disitulah
tempat mereka mencari uang kepada para mahasiswa-mahasiswa.
Akan
tetapi, seiring berjalannya kegiatan, nampaknya bukan hanya beberapa orang yang
terlibat dalam “pemanfaatan mahasiswa”, namun ternyata hampir semua para
dosen-dosen tersebut memanfaatkan momen ini, sebagai tempat tempat pencarian
dana untuk kegiatan, mungkin bagi kalian itu sah-sah saja, akan tetapi bagi
kami itu hal gila, karena mereka mencari dana dengan hal-hal yang harus mengancam
mahasiswa.
Entah
kemana dana dalam kegiatan tersebut, sehingga semua dana tersebut nampaknya
diambil dari kantong para mahasiswa, mereka membuat kegiatan-kegiatan yang bisa
dikatakan “omong kosong” dan mengharuskan mahasiswa untuk membayar dalam mengikuti
kegiatan tersebut, dan jika mahasiswa tidak mengikuti kegiatan tersebut,
ada-ada saja cara yang mereka lakukan, untuk membuat mahasiswa harus
mengikutinya,
Contohnya
seperti, mahasiswa harus mengikuti seminar “omong
kosong” dengan pendaftaran Rp. 100.000 agar dapat mengikuti kegiatan dan
mendapatkan sertifikat untuk bisa ujian proposal dan ujian skripsi, padahal
tidak pernah ada aturan seperti itu sebelumnya, dan diketahui bahwa kegiatan
itu dilakukan untuk mencari dana, walaaupun mahasiswa yang harus menjadi
korbannya.
Hal-hal
ini menjadi perdebatan oleh beberapa mahasiswa, tapi sekali lagi, apalah daya
mereka. ibaratkan 5 prajurit Yunani dengan sebuah kapak dengan keinginan untuk
merobohkan tembok Roma, yang dipenuhi oleh prajurit-prajurit dan seorang raja
yang gengsi terhadap kerajaan lain. Sehingga, mahasiswa-mahasiwa ini kembali
terdiam, dengan penyesalan yang akan menghantui mereka seumur hidup merelka.
Mengapa demikian? Karena suatu saat nanti mereka akan menyesal, karena selama mereka kuliah di
universtitas tersebut, mereka tidak menjadi mahasiwa yang “sesungguhnya”. Maka dari itu marilah bersama-sama kita melawan
koruptor-koruptor dan penjilat yang ada di sekitar kita supaya kedepannya tidak
ada lagi yang melakukan pekerjaan seperti itu.
Penulis_Eri
Mokoagow
No comments:
Post a Comment