Monday 23 October 2023

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

 

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

XENOBIOTIK


 

Disusun oleh :

1.     ONA TAMAELA (18101101051)

2.     PRAYOGI KIYATO (18101101063)

 

 

 

PROGRAM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ !!

KATA PENGANTAR........................................................................................................... !

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1  Pengertian Xenobiotik....................................................................................... 3

2.2   Mengapa xenobiotik harus dimetabolisme ....................................................... 4

2.3  Metabolisme xenobiotik..................................................................................... 4

2.4  Reaksi Fase I...................................................................................................... 9

2.5  Reaksi Fase II.................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 10

3.1  Kesimpulan......................................................................................................... 10

3.2  Daftar Pustaka ................................................................................................... 11

 

 

KATA PENGANTAR

Atas limpahan dan hidayah Allah Swt, makalah berjudul XENOBIOTIK dalam matakuliah TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN dapat diselesaikan. Makalah ini didapat dari beberapa buku dan berbagai sumber lainnya. Adapun pihak dominan dalam pembuatan

Harapan Penulis, semoga makalah ini berguna bagi kita semua khususnya mahasiswa yang sedang menjalankan mata kuliah TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN , Oleh karena makalah ini sangat jauh dari sempurna, kritik dan saran semoga menjadi sumbangsih dalam penulisan makalah selanjutnya.

 

Senin 15 Maret 2022

 

Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

   Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainya. Xenobiotik umumnya tidak larut air, sehingga kalau masuk tubuh tidak dapat diekskresi. Untuk dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi. Organ yang paaling berperan dalam metabolisme xenobiotik adalah hati. Ekskresi xenobiotik melalui empedu dan urine. Pada metabolisme obat, pada obat yang sudah aktif → metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat aktif menjadi inaktif, sedang paa obat yang belum aktif → metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat inaktif menjadi aktif.

Kekuatan pendorong dalam evolusi sistem detoksifikasi metabolisme canggih sebenarnya cukup lurus ke depan dan tergantung pada kemampuan air untuk bertindak sebagai "pelarut" untuk melarutkan zat. Karena membran seluler terutama lipid berbasis dan kedap larut air yang paling (ilmiah: "kutub") zat, pengangkutan larut dalam air senyawa ke dalam sel memerlukan protein transportasi khusus. Dengan menempatkan protein transport yang sesuai pada membran sel, sel hanya akan memungkinkan diinginkan larut dalam air molekul untuk masuk, dan akan mencegah masuknya air-larut racun. Ini paradigma yang sama juga berlaku ketika sel perlu mengeluarkan senyawa larut dalam air yang tidak diinginkan (seperti limbah selular), mereka keluar dari sel dengan mekanisme yang serupa.

Berbeda dengan senyawa yang larut dalam air, membran sel lipid menyajikan penghalang sedikit lipid-larut senyawa, yang bebas bisa dilewati. Berpotensi merusak lipid larut racun sehingga dapat memperoleh akses gratis ke interior seluler, dan jauh lebih sulit untuk menghapus. Sistem detoksifikasi metabolisme mengatasi masalah ini dengan mengubah lipid-larut racun ke aktif larut dalam air metabolit. The "solubilisasi" dari racun dicapai oleh enzim yang melekat (konjugasi) tambahan yang larut dalam air molekul terhadap toksin larut lipid pada titik-titik lampiran tertentu. Jika racun tidak mengandung salah satu titik sambungan, mereka pertama kali ditambahkan oleh satu set terpisah enzim yang mengubah kimia racun untuk menyertakan "menangani" molekul. Setelah reaksi solubilisasi, toksin kimia-dimodifikasi diangkut keluar dari sel dan dikeluarkan. Ketiga langkah atau fase menghilangkan yang tidak diinginkan atau berbahaya lipid-larut senyawa yang dilakukan oleh tiga set protein seluler atau enzim, disebut fase I (transformasi) dan fase II (konjugasi) enzim, dan tahap III (transportasi) protein.

 

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa itu Senyawa Xenobiotik?

2.      Mengapa Senyawa Xenobiotik di metabolisme?

 

1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui Apa itu senyawa senobiotik

2.      Untuk mengetahui mengapa senobiotik itu harus di metabolisme

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. Pengertian Senyawa Senobiotik

Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Xenos yang arti nya zat asing. Zat Senobiotik merupakan senyawa yang asing bagi tubuh. Kelompok utama zat-zat senobiotik yang mempunyai relevansi medik adalah obat-obatan,zat –zat karsinogen kimia serta berbagai senyawa yang telah memasuki lingkungan kehidupan kita melalui salah satu jalan,seperti senyawa-senyawa bifenil Polikrolinasi (PCB) dan insektisida tertentu.sebagian besar senyawa ini akan mengalami metabolism (perubahan kimiawi) dalam tubuh manusia dan hati menjadi organ tubuh yang terutama terlibat dalam peristiwa ini.kadang-kadang zat senobiotik dapat diekskresikan tanpa perubahan.Tujuan metabolism zat-zat senobiotik adalah untuk meningkatkan kelarutannya dalam air (polaritas) dan dengan demikian memudahkan eksresinya dari dalam tubuh.

Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat biotikkarsinogen lainya.

Dalam kehidupan sehari-hari tubuh manusia dapat terpapar oleh ribuan  senobiotik yang setiap xenobiotik dapat menimbulkan efek toksik. Saat sarapan pagi dirumah mungkin kita mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, pewarna atau penyedap rasa. Ketika kita di jalan  menuju tempat kuliah dan tempat kerja mungkin kita menghirup udara yang penuh dengan polutan rokok sendiri atau teman kerja.

Kemungkinan timbulnya efek toksik yang diakibatkan oleh paparan xenobiotik belum disikapi secara benar baik oleh mereka yang bekerja dibidang kesehatan terlebih lagi orang awam. Kasus formalin dalam makanan mendapat tanggapan yang gegap gempita,sedangkan tercemarnya udara perkotaan dan air tanah permukiman serta pemakaian obat-obatan yang irrasional menjadi fenomena biasa.

2.2. Mengapa xenobiotik harus di Metabolisme

  • Xenobiotik umumnya tidak larut air, sehingga jika masuk tubuh tidak dapat diekskresi
  • Untuk dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi
  • Organ yang paaling berperan dalam metabolisme xenobiotik adalah hati
  • Ekskresi xenobiotik melalui empedu dan urine

2.3. Metabolisme xenobiotik

Kasus ditemukannya formalin dalam makanan yang diberitakan pada banyak media masa beberapa waktu lalu, bukanlah kasus baru. lagi pula formalin bukanlah satu-satunya senobiotik yang ditemukan dalam makanan. Bahan pewarna tekstil seperti rodhamin B dan amaranth,residu peptisida golongan karbofular dan cemaran logam berat juga pernah dilaporkan ditemukan dalam produk-produk bahan makanan dan minuman yang beredar di beberapa daerah di Indonesia.

Selain senobiotik di dalam makanan, sangat senyawa kimia yang dapat membahayakan kesehatan apabila dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Asap rokok dan asap pembakaran sampah mengandung benzoa(a)piren yang sangat karsinogenik. Didalam asap kendaraan bermotor mengandung gas karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Demikian pula sisa peptisida dan insektisida yang digunakan untuk berbagai keperluan tentu bukan bahan kimia yang baik untuk kesehatan. Penyedap rasa, monosodium glutamate, dan pemanis buatan seperti sakarin, siklamat dan aspartam. Walaupun diperbolehkan untuk bahan makanan diduga dapat menginduksi pertumbuhan tumor. Obat-obatan yang sering kita konsumsi untuk penyembuhan penyakit tertentu adakalanya menimbulkan efek samping atau efek toksik yang serius. Thalidomin yang semula diproduksi dan diterima sebagai sdatif (obat penenang) ternyata bersifat teratogenik (menyebabkan cacat pada janin), sehingga akhirnya obat tersebut dilarang beredar dipasaran.

Dalam keseharian tubuh manusia dapat terpapar beribu-ribu senobiotik mengingat senyawa asing yang diketahui manusia jumlahnya lebih dari 100.000 macam. Ada kalanya kita secara sengaja mengkonsumsi senobiotik seperti obat obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat biotikkarsinogen lainya.walaupun tidak disertai kesadaran dan pengetunahuan yang memadai akan akibat buruk yang mungkin timbul.

Sedang secara terus-menerus tanpa bermaksud untuk mengkonsumsi tubuh dapat terpapar xenobiotik yang ada dilingkungan baik diudara, air maupun daratan seperti gas karbon monoksid, benzo(a)piren,logam-logam berat dari asap buang kendaraan bermotor dan bahan-bahan pencemar lingkungan lainnya. Senyawa senobiotik tersebut masuk kedalam tubuh dapat melalui mulut (per-oral) seperti makanan dan obat-obatan,atau karena terhirup atau dihirup pernafasan (per inhalasi)seperti asap rokok dan asap kendaraan atau lewat kontak dengan kulit (per cutan/transdermal)seperti dijumpai dalam beberapa kasus keracuna pestisida pada petani.

Apabila xenobiotik ini masuk ke tubuh manusia (dan juga hewan), tubuh mempunyai mekanisme untuk mengendalikan keberadaan xenobiotik tersebut sehingga aman bagi tubuh. xenoiotik yang masuk kedalam tubuh umumnya melalui proses absorpsi akan sampai ke aliran darah, di distribusi ke seluruh tubuh dan kemudian di eliminasi. proses eliminasi adalah usaha untuk menghilangkan aktivitas dan keberadaan xenobiotik di dalam tubuh. Eliminasi meliputi metabolisme/biotransformasi dan ekskresi. Metabolisme atau sendiri biotransformasi adalah perubahan kimiawi oleh pengaruh tubuh organisme, sedangkan ekskresi adalah proses pembuangan xenobiotik dari dalam tubuh. Proses adsorpsi, distribusi dan eliminasi ini pada umumnya melibatkan proses penembusan membrane biologis. seperti diketahui bahwa membrane biologis tersusun atas lapisan kompleks yang bersifat polar dan non polar.oleh karena nya proses penembusan membrane tersebut juga tidak terlepas dari hokum-hukum fisikokimia yang berlaku terhadap xenobiotikdan bahan penyusun membrane itu sendiri,seperti derajat ionisasi,kelarutan dalam lemak,koefisien partisi lemak/air,ketersediaan system transport spesifik,ukuran diameter pori membrane serta kompleksitas matriks penyusun membrane.

Didalam tubuh, xenobiotik umumnya memberikan pengaruh pada system dan fungsi normal tubuh. Pengaruh itu dapat berupa sesuatu yang diharapkan, misalnya efek terapetik obat (efek untuk penyembuhan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit), atau pengaruh yang tidak diharapkan, seperti efek samping atau efek toksik. Melalui proses metabolisme dan proses ekskresi tubuh mampu menghilangkan semua pengaruh yang timbul. Telah lama diketahui bahwa karena sifatnya yang suka lemak ada banyak xenobiotik tidak akan dikeluarkan dari dalam tubuh apabila tidak didahului proses perubahan struktur kimia melalui metabolism. Sebagai contoh, pentobarbital diperkirakan akan tinggal di dalam tubuh selama 100 tahun manakala tidak mengalami proses metabolism/biotransformasi. oleh karenanya metabolisme memegang arti penting dalam proses eliminasi xenobiotik.

Ada perbedaan antara metablisme nutrisi dan metabolism xenobiotik. Metabolism nutrisi terjadi untuk keperluan proses normal sel. Proses ini menghasilkan senyawa fungsional dan energy kimia yang dibutuhkan oleh sel serta dalam langkah-langkah tertentu menghasilkan limbah metabolik. metabolisme xenobik bertujuan untuk mengeliminasi keberadaan xenobiotik di dalam tubuh. Dalam metabolism xenobiotik tidak pernah disertai produksi energi.

Xenobiotik di dalam tubuh dapat mengalami berbagai macam reaksi metabolisme yang dapat di golongkan menjadi dua yaitu reaksi fase 1 dan reaksi fase 2. Reaksi fase 1 adalah non-sintetik,merupakan pembentukan gugus fungsional ataupun perubahan gugus fungsional yang sudah ada pada molekul xenobiotik. Reaksi non sintetik ini meliputi reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis.

Sebagai contoh  hidroksilasi senyawa aromatic atau senyawa altik serta epoksidasi ikatan rangkap merupakan reaksi oksidasi pembentukan gugus fungsional. Sedangkan reaksi nitro,dealkilasi dan hidrolisis ester merupakan reaksi perubahan gugus fungsional yang sudah ada. Gugus fungsional di maksudkan untuk mengalami reaksi metabolic lanjutan berupa konjugasi dengan senyawa endogen atau berinteraksi dengan reseptor untuk menimbulkan efek. (Williams, 2002). Reaksi oksidasi yang merupakan 90% reaksi metabolism fase 1, dikatalis oleh system enzim mikrosomal.sistem enzim ini dikenal pula sebagai mixed function oxydase system (MFO)dengan sitokrom P450, suatu superfamily enzim hemoprotein,sebagai komponen utamanya (lewis et al.,1998)

Reaksi fase 2 merupakan reaksi sintetik atau konjugasi. Reaksi ini merupakan penggabungan antara molekul xenobiotik,atau metabolit yang terbentuk dari reaksi fase 1, pada gugus fungsionalnya dengan senyawa endogen. Reaksi sintetik meliputi reaksi glukuronidasi, sulfatasi, konjugasi dengan asam amino, asetilasi, konjugasi dengan glutation dan mtilasi. Reaksi fase 2 ini umumnya di katalisis oleh enzim-enzim sitosolik kecuali reaksi glukuronidasi.

Pada reaksi glukuronidasi membutuhkan asam uridil 5’-difosfoglukuronat (UDPGA) untuk membentuk konjugat glukuronat, reaksi sulfatasi untuk pembentukan konjugat sulfat membutuhkan 3’-fosfoadenosin-5’fosfosulfat (PAPS), pembentukan konjugat glutation(menjadi konjugat asam merkapturat (tioester) membutuhkan glutation tereduksi (GSH), sedang asilasi membutuhkan koenzim A. pada umumnya konjugasi dengan senyawa endogen berakibat hilangnya aktivitas biologis xenobiotik. Disamping tidak mempunyai aktivitas biologis semua hasil reaksi fase 2 adalah metabolit yang mudah terionisasi pada PH fisiologis, kecuali konjugat metil,sehingga lebih mudah larut di dalam air yang mengakibatkan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh. Ada beberapa reaksi sintetikyang tidak umum yang hanya terjadi pada gugus senyawa tertentu, seperti pembentukan hidrazon pada biotransformasi m dan hidratasi epoksid membentuk dihidrodiol. Metabolit ini tidak terionisasi pada PH fisiologis (sheweita, 2000).

Metabolisme xenobiotik dapat terjadi baik di dalam hepar maupun di jaringan-jaringan eksta hepatic seperti paru, ginjal dan mukosa saluran pencernaan. kapasitas metabolic tertinggi ada di hepar. paru, ginjal dan mukosa saluran pencernaan mempunyai kapasitas metabolic sedang dan kapasitas metabolic terendah terjadi di kulit, testis dan plasenta.

Metabolisme xenobiotik umunya terjadi dalam beberapa langkah reaksi kimia yang berurutan atau simultan. Parasetamol, sebuah analgenik-antiseptik yang sangat lazim, didalam tubuh secara simultan akan mengalami reaksi glukuronidasi menjadi parasetamol-glukuronat, reaksi sulfatasi menjadi parasetamol sulfat serta mengalami reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini kemudian diikuti oleh reaksi konjugasi dengan glutation dan reaksi-reaksi ikutan selanjutnya membentuk konjugat merkapturat, Amfetamin, stimulansia syarafpusat, di dalam tubuh kelinci akan teroksidasi pada rantai samping,didalam tubuh manusia,mencit,marmot dan anjing mengalami hidroksilasi menjadi asam benzoate, sedangkan dalam tubuh tikus mengalami hidroksilasi cincin aromatic.

Insektisida malation dalam tubuh nyamuk mengalami desulfurasi oksidatif menjadi malaokson yang lebih toksik, sedangkan pada tubuh mamalia, senyawa ini akan mengalami hidolisis menjadi asam dikarboksilat kemudian terkonjugasi dengan glukuronat menghasilkan metabolic yang inaktif. Benzo(a)piren yang terhisap dari asap rokok berturut-turut akan terepoksidasi menjadi benzo(a)piren-epoksid,terhidrasi menjadi dihidrodiol,terkonjugasi dengan sulfat membentuk benzo(a)piren sulfat. Metabolit dihidrodiol yang terbentuk teroksidasi kembali menjadi senyawa reaktif dihidrodiol epoksid yang dipercaya mampu menginisiasi proses terjadinya kanker (karsinogenesis). Dihidrodiol epoksid ini kemudian terhidrasi menjadi tetrol atau tersusun ulang menjadi triol yang akan diekskresikan (Selkirk, 1980; timbrell, 1991).

Selama kapasitas tubuh(sel) tidak terlampaui maka semua matabolit yang terbentuk akan bersifat aman bagi kehidupan dan segera dikeluarkan dari dalam tubuh. Akan tetapi keadaan tersebut sering terlampaui, sebagai contoh, mengkonsumsi 20 tablet parasetamol sekaligus (setara dengan 1 gram parasetamol) dapat mengakibatkan kematian, karena kerusakan hepar (hepatotoksik) yang massif dan tak terbalikkan (irreversible). Seorang perokok berat dapat terkena kanker paru. Petani yang menyeprotkan pestisida organofosfat untuk membasmi hama tanaman tiba-tiba dapat keracunan.

 

2.4 Reaksi Fase I

Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.

2.5 Reaksi Fase II

Reaksi fase II, disebut pula reaksi konjugasi, biasanya merupakan reaksi detoksikasi dan melibatkan gugus fungsional polar metabolit fase I, yakni gugus karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang terjadi melalui reaksi metilasi, asetilasi, sulfasi, dan glukoronidasi. Reaksi fase II akan meningkatkan berat molekul senyawa obat, dan menghasilkan produk yang tidak aktif. Hal ini merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme obat pada fase I.


BAB III

PENUTUP

 

3.1. Kesimpulan

Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainya. Xenobiotik umumnya tidak larut air, sehingga kalau masuk tubuh tidak dapat diekskresi. Untuk dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi. Organ yang paaling berperan dalam metabolisme xenobiotik adalah hati. Ekskresi xenobiotik melalui empedu dan urine. Pada metabolisme obat, pada obat yang sudah aktif →metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat aktif menjadi inaktif, sedang paa obat yang belum aktif → metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat inaktif menjadi aktif.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Liska, DJ. The Detoxification Enzyme Systems. Altern Med Rev 1998; 3(3): 187-198

Queen Tri Resti.2012. Metabolisme Xenobiotik Pada Logam (Obat). Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Jam 

 

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

  MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN XENOBIOTIK   Disusun oleh : 1.      ONA TAMAELA (18101101051) 2.      PRAYOGI KIYATO (181011010...